cunews-rising-popularity-of-buy-now-pay-later-loans-sparks-concerns-over-rising-debt

Meningkatnya Popularitas Pinjaman Beli Sekarang, Bayar Nanti Memicu Kekhawatiran Akan Meningkatnya Hutang

Popularitas Pinjaman Bayar Belakangan yang Melonjak

Perusahaan seperti Klarna, Affirm, Afterpay, dan PayPal telah mengalami pertumbuhan pesat dalam penyediaan pinjaman bayar nanti. Meskipun pinjaman kartu kredit berada pada rekor tertinggi dalam dolar (walaupun bukan sebagai bagian dari pendapatan), tunggakan juga meningkat. Federal Reserve Bank of New York melaporkan bahwa individu berusia 20-an dan 30-an adalah pengguna utama pinjaman bayar belakangan. Hal ini menunjukkan potensi kesulitan keuangan, karena mereka mungkin terpaksa membayar pinjaman di kemudian hari setelah kartu kredit mereka habis, dan kemungkinan penyebab kesulitan tersebut karena pinjaman tersebut mendorong pembelanjaan yang berlebihan.

Liz Cisneros, seorang mahasiswa berusia 23 tahun di Chicago, menceritakan keterkejutannya atas kemudahan menggunakan program bayar belakangan. Influencer di TikTok yang mempromosikan pinjaman ini dan pengalaman positif seorang teman memengaruhi keputusannya untuk menggunakannya untuk pembelian seperti pakaian, sepatu, dan produk kecantikan dari Sephora. Namun, Ibu Cisneros menyadari bahaya pengeluaran berlebihan dan telah mengambil langkah-langkah untuk melunasi utangnya daripada berbelanja berlebihan selama musim liburan.

Peningkatan dan Ketersediaan Pinjaman Bayar Nanti

Pinjaman bayar nanti telah tersedia di Amerika Serikat selama beberapa tahun, namun popularitasnya melonjak selama pandemi, bertepatan dengan peningkatan signifikan dalam belanja online. Pinjaman ini tidak terbatas pada pengecer online; Affirm baru-baru ini mengumumkan pengenalan pinjaman bayar kemudian di konter pembayaran mandiri di toko Walmart. Bentuk paling umum dari pinjaman ini mengharuskan pembeli membayar seperempat harga pembelian sebagai pembayaran di muka, dan sisanya dibayar dalam tiga kali angsuran selama periode enam minggu. Beberapa pemberi pinjaman menawarkan pinjaman dengan bunga, dengan jangka waktu pembayaran mulai dari beberapa bulan hingga lebih dari satu tahun.

Promotor pinjaman bayar belakangan berpendapat bahwa produk mereka lebih disukai peminjam dibandingkan dengan kartu kredit atau pinjaman gaji. Mereka mengklaim bahwa dengan menawarkan jangka waktu pinjaman yang lebih pendek, mereka dapat menilai kemampuan pembayaran kembali peminjam dengan lebih baik. Chief Financial Officer Affirm, Michael Linford, menekankan kemampuan mereka untuk mengidentifikasi dan memberikan kredit kepada konsumen dengan kemauan dan kapasitas membayar yang lebih tinggi dibandingkan rekening kredit bergulir.

Kekhawatiran dan Perspektif Penasihat Keuangan

Orang yang skeptis berpendapat bahwa pinjaman bayar kemudian dapat disalahgunakan oleh individu tertentu. Sebastian Siemiatkowski, CEO Klarna, mengakui potensi penyalahgunaan namun meyakinkan bahwa perusahaannya berupaya untuk mengidentifikasi pengguna tersebut dan menolak pinjaman mereka atau menerapkan persyaratan yang lebih ketat. Klarna melaporkan tingkat gagal bayar global kurang dari 1 persen, dan lebih dari sepertiga nasabahnya di Amerika Serikat membayar kembali pinjamannya lebih awal. Namun, laporan Biro Perlindungan Pembiayaan Konsumen mengungkapkan bahwa hampir 43 persen pengguna bayar belakangan telah melakukan penarikan rekening bank mereka secara berlebihan dalam satu tahun terakhir, dibandingkan dengan hanya 17 persen pada non-pengguna. Penasihat keuangan yang bekerja dengan warga Amerika berpenghasilan rendah telah memperhatikan peningkatan penggunaan pinjaman bayar belakangan di antara klien mereka, yang mengarah pada siklus ketergantungan pada uang muka untuk menutupi pinjaman tersebut ketika gaji tidak mencukupi.

Perlunya Peningkatan Pelaporan dan Akuntabilitas

Salah satu kekhawatiran utama terkait pinjaman bayar belakangan adalah banyaknya pinjaman yang tidak dilaporkan ke lembaga kredit. Kurangnya pelaporan ini menghalangi perusahaan seperti Klarna, Afterpay, dan Affirm untuk mengetahui utang individu yang ada pada pemberi pinjaman lain. Biro kredit seperti TransUnion, Experian, dan Equifax telah menyatakan dukungannya terhadap pelaporan pinjaman ini yang lebih komprehensif dan menerapkan sistem baru untuk mengatasi masalah ini. Sistem pemeringkatan kredit saat ini cenderung mengutamakan pinjaman jangka panjang, yang dapat berdampak negatif pada nilai kredit peminjam, meskipun mereka melunasi pinjaman bayar kemudian secara penuh dan tepat waktu.

Kesimpulannya, meskipun pinjaman bayar kemudian telah berkontribusi pada musim belanja liburan yang kuat, kekhawatiran mengenai potensi dampak negatifnya terhadap kesejahteraan finansial konsumen dan stabilitas sistem keuangan masih ada. Upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan pelaporan dan akuntabilitas di industri untuk memitigasi risiko ini.

Pinjaman Bayar Belakangan dan Kerentanan di Saat-saat Sulit

Menurut Marco di Maggio, seorang profesor di Harvard Business School, lebih banyak orang cenderung mengandalkan pinjaman bayar kemudian untuk pengeluaran yang lebih kecil selama masa-masa sulit, yang dapat menyebabkan masalah keuangan.


Posted

in

by

Tags: