cunews-concerns-rise-as-luxury-brands-face-potential-discounting-spiral-in-christmas-season

Kekhawatiran Meningkat Saat Merek Mewah Menghadapi Potensi Spiral Diskon di Musim Natal

Tren Melemahnya Belanja Barang Mewah

Data kartu kredit AS terbaru dari Barclays mengungkapkan pengeluaran negatif untuk barang-barang mewah di bulan November, turun 15% tahun-ke-tahun menyusul penurunan sebesar 14% di bulan Oktober. Analis Barclays menyatakan kehati-hatian terhadap kinerja merek-merek mewah selama kuartal keempat karena tren yang lemah di AS. Selain itu, data kartu kredit Citi menunjukkan bahwa pembelian barang-barang fesyen mewah turun 9,6% tahun-ke-tahun di bulan November, dengan penurunan yang lebih tajam pada bulan November. department store dan online.

Surplus Persediaan dan Penurunan Harga Saham

Pengecer memulai musim liburan ini dengan kelebihan persediaan, dibandingkan dengan tingkat normal, karena pesanan pembelian dilakukan sebelum sektor ini mulai mereda setelah belanja besar-besaran pascapandemi. Harga saham merek-merek mewah terkemuka seperti LVMH, Kering, dan Burberry juga mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir, sementara operator e-commerce Farfetch mengalami penurunan nilai saham yang signifikan.

Tantangan bagi Department Store

Analis Citi memperkirakan bahwa department store, khususnya di A.S., dapat menghadapi tantangan akibat melambatnya permintaan selama enam hingga 12 bulan ke depan. Diskon agresif yang dilakukan department store mungkin menarik pembeli, namun berpotensi mengikis daya tarik merek fesyen mewah dan membuat konsumen enggan melakukan pembelian, karena mengantisipasi penawaran yang lebih baik di masa mendatang.

Strategi Merek Fesyen untuk Mengatasi Tantangan

Merek fesyen global terkemuka seperti Hermes, Chanel, Louis Vuitton, dan Dior mempertahankan kendali atas operasi ritel mereka dengan menjual terutama melalui toko mereka sendiri. Pendekatan ini memungkinkan mereka menghindari diskon dan mengelola citra merek mereka sepenuhnya. Rumah mode juga menjadi lebih siap sejak krisis tahun 2008-2009, dengan menerapkan kecerdasan buatan untuk memprediksi volume penjualan, menyesuaikan produksi, dan menyempurnakan perpaduan gaya musiman dan permanen. Langkah-langkah ini, serta peningkatan kelincahan dalam produksi, telah membantu merek memitigasi risiko kelebihan stok dan beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar.


Posted

in

by

Tags: