cunews-market-naysayers-vs-the-bull-s-winning-streak-five-overhyped-fears-exposed

Penentang Pasar vs. Kemenangan Beruntun Bull: Lima Ketakutan Berlebihan Terungkap

Pasar Bisa Terkoreksi, tapi Pasar Beruang Tampaknya Tidak Mungkin

Perlu dicatat bahwa pasar dapat mengalami koreksi kapan saja, sehingga mengakibatkan penurunan sebesar 10%. Namun, prospek pasar bearish penuh dengan penurunan sebesar 20% kemungkinan besar tidak akan terjadi. Meskipun pakar pasar berpengalaman seperti Jeffery Gundlach dan Bob Doll memperkirakan resesi yang akan datang berdasarkan kurva imbal hasil Treasury yang terbalik, penting untuk menyadari bahwa krisis keuangan telah terjadi. Akibatnya, perekonomian telah bergerak maju, kecuali bagi mereka yang menganut gagasan “hard-landing” ekonomi. Selain itu, suku bunga pasar telah menurun, sehingga mengurangi tekanan pada sistem kredit. Federal Reserve juga diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga dalam jangka pendek, sehingga semakin mendukung tren tersebut. Untuk mengukur potensi masalah, perhatikan aktivitas bisnis yang berperan sebagai burung kenari di tambang batu bara, yang menandakan adanya kemerosotan ekonomi. Saat ini, tidak ada indikasi adanya masalah, karena perekonomian terus menunjukkan kinerja yang baik dengan prospek yang membaik dan penurunan inflasi, sementara tingkat pengangguran tetap rendah.

Belanja Konsumen dan Ketahanan Perekonomian

Belanja konsumen memainkan peran penting dalam menggerakkan perekonomian. Jika konsumen memutuskan untuk tidak melakukan belanja karena habisnya tabungan mereka selama pandemi, hal ini dapat menimbulkan dampak yang merugikan. Namun, ada beberapa faktor yang mendukung belanja konsumen yang berkelanjutan. Pekerja yang sebelumnya tidak aktif karena pandemi kini kembali bekerja, sehingga meningkatkan partisipasi angkatan kerja dan pendapatan yang siap dibelanjakan. Lapangan kerja di AS tetap tinggi, sementara klaim pengangguran rendah. Selain itu, faktor-faktor seperti pensiunan generasi baby boomer yang memanfaatkan kekayaan bersih mereka dan tingkat suku bunga hipotek yang rendah bagi pemilik rumah berkontribusi terhadap belanja konsumen. Ketika memeriksa tingkat pengangguran dan inflasi sebagai indikator keseluruhan yang disebut “indeks kesengsaraan”, angka tersebut turun menjadi 7,1% pada bulan Desember, di bawah rata-rata historis sebesar 9%. Oleh karena itu, tidak ada bukti yang menunjukkan penurunan belanja konsumen.

Perjuangan Melawan Inflasi

Resistensi terhadap inflasi terbukti menjadi kekhawatiran lain bagi penurunan pasar saham. Namun, sejarah menunjukkan bahwa inflasi cenderung menurun secepat kenaikan awalnya. Selain itu, Tiongkok terus mengalami deflasi ekspor secara global, yang memberikan tekanan pada harga, khususnya harga minyak dan harga barang. Tingkat kekosongan sewa meningkat, menurunkan biaya sewa dan menurunkan inflasi. Penurunan tingkat inflasi juga menyebabkan penurunan hasil tunai, yang secara historis mendorong investor untuk mengalihkan uang mereka dari uang tunai ke saham. Saat ini, dana pasar uang memiliki rekor cadangan kas sebesar $6 triliun, yang menunjukkan tingginya tingkat kas investor.

Sentimen Bullish dan Potensi Kemunduran

Ketika sentimen bullish investor mencapai tingkat ekstrem, hal ini menjadi indikator pelawan dan membuat pasar mengalami kemunduran. Uang tunai yang disimpan di reksa dana saham berada satu standar deviasi di atas rata-rata. Dana lindung nilai memiliki eksposur yang rendah terhadap saham-saham yang bersifat diskresioner, sementara eksposur dana investasi terhadap kebutuhan pokok konsumen yang bersifat defensif tetap lebih tinggi dibandingkan awal tahun 2022. Selain itu, dana ekuitas swasta memiliki cadangan kas yang signifikan, dan rumah tangga memiliki cadangan kas sebesar $18 triliun. Faktor-faktor tersebut menunjukkan adanya tingkat ketakutan di kalangan investor. Namun, Bank of America menyatakan bahwa puncak kekhawatiran resesi kemungkinan besar telah berlalu, dan posisi saat ini lebih mencerminkan rasa takut dibandingkan keserakahan.

Ketidakpastian Harga Minyak dan Strategi Investasi

Fluktuasi harga minyak dapat berdampak pada pasar, terutama dengan menaikkan harga bensin dan mempengaruhi keuntungan perusahaan. Konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah menimbulkan ketidakpastian jalur pelayaran minyak dan potensi lonjakan harga minyak. Namun, agar resesi dapat terjadi, gangguan ini harus terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Perlu dicatat bahwa ketika Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, harga minyak tetap di atas $100 selama enam bulan tanpa menyebabkan resesi. Perekonomian Tiongkok yang lemah dan rekor produksi minyak AS juga membatasi tekanan kenaikan harga minyak. Kesimpulannya, jika prediksi bearish terbukti salah, disarankan untuk tetap berinvestasi di pasar dan mempertimbangkan untuk memberikan bobot berlebih pada sektor-sektor siklis seperti kebijakan konsumen, energi, material, industri, dan saham-saham berkapitalisasi kecil yang didiskon, seiring dengan meluasnya pasar.< /p>


Posted

in

by

Tags: