cunews-researchers-create-virtual-reality-goggles-for-mice-to-study-brain-processes

Peneliti Membuat Kacamata Realitas Virtual untuk Tikus untuk Mempelajari Proses Otak

Pencarian Lingkungan Virtual yang Realistis

Para ilmuwan telah lama mengandalkan penelitian pada tikus untuk mendapatkan wawasan tentang kompleksitas otak manusia, karena kesamaan neuron otak antara kedua spesies tersebut. Namun, menciptakan lingkungan virtual yang imersif untuk hewan pengerat ini selalu menjadi tantangan karena kurangnya teknologi yang tepat guna. Di Northwestern University, para peneliti baru-baru ini meluncurkan solusi luar biasa: lensa realitas virtual yang dirancang khusus untuk tikus. Dengan diameter hanya 12 milimeter, kacamata VR ini mengangkut tikus ke lingkungan virtual yang mereka anggap nyata. Dengan menganalisis reaksi mereka, para peneliti bertujuan untuk memperdalam pemahaman kita tentang bagaimana otak tikus dan manusia memproses rasa takut, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Daniel Dombeck, salah satu peneliti yang terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa proyek yang tampaknya tidak konvensional seperti ini sering kali menghasilkan penemuan terobosan dalam bidang kesehatan dan penyakit manusia.

Perintis Peralatan VR Seukuran Mouse

Upaya sebelumnya untuk membenamkan tikus di lingkungan virtual melibatkan mengelilinginya dengan layar komputer. Namun, pengaturan ini sering kali gagal karena tikus dapat dengan mudah mendeteksi kepalsuan tampilan. Selain itu, tikus memiliki bidang pandang yang lebih luas sekitar 160 derajat per mata, melebihi manusia. Meskipun demikian, dengan kemajuan luar biasa dalam teknologi realitas virtual selama dekade terakhir, para peneliti menyadari adanya peluang untuk mengembangkan peralatan yang dirancang khusus untuk tikus. Memanfaatkan Unity, sebuah aplikasi video game 3D, tim menciptakan bidang virtual menawan yang menggabungkan terowongan kecil dan tabung air. Untuk menangkap gambar otak tikus selama pengalaman VR, mikroskop dua foton ditempatkan di atas kepala mereka.

Keajaiban Mouse VR: Mengungkap Reaksi Kecemasan

Setelah mendapatkan persetujuan dari komite perawatan hewan Northwestern dan memperoleh 14 tikus laboratorium, para peneliti memulai percobaan mereka. Setelah memakai kacamata VR, tikus-tikus tersebut segera mulai menjelajahi dataran berumput virtual. Selama seminggu, tikus-tikus tersebut memakai kacamata selama kurang lebih 40 menit setiap hari untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan virtual. Selama mereka berlari melalui bidang virtual, sebuah piringan hitam tiba-tiba muncul di langit, terletak sekitar delapan inci dari tikus. Disk tersebut melanjutkan untuk “menyerang” tikus tiga kali. Bahkan tanpa menggunakan gambar virtual burung hantu, yang pada awalnya dianggap perlu untuk menimbulkan respons rasa takut, tikus-tikus tersebut menunjukkan reaksi melawan-atau-lari sebagai respons terhadap pergerakan piringan tersebut. Dombeck, seorang profesor neurobiologi, mengamati bahwa beberapa tikus menunjukkan neuron ketakutan bahkan beberapa menit atau jam setelah pertemuan tersebut, menunjukkan kemungkinan pengalaman tersebut terulang kembali. Para peneliti mengantisipasi bahwa teknologi ini dapat memungkinkan penyelidikan di masa depan mengenai bagaimana obat kecemasan mempengaruhi reaksi tikus terhadap stres.

Mendorong Kemajuan Ilmu Saraf melalui Kemajuan Teknologi

Dombeck menekankan keterbatasan pemahaman kita tentang otak karena teknologi. Namun, dengan pengembangan alat-alat inovatif, seperti kacamata VR untuk tikus, para ilmuwan dapat mendorong batas-batas pengetahuan kita dan membuat penemuan mendalam di bidang ilmu saraf. Dengan menjembatani kesenjangan antara realitas dan realitas virtual, para peneliti berharap dapat membuka wawasan baru tentang otak manusia dan meningkatkan hasil layanan kesehatan.


Posted

in

by

Tags: